SURABAYA (suarakawan.com)
– Jawa Timur masih menjadi propinsi terbesar yang menyumbang pendapatan
negara dari cukai rokok, sekaligus produsen terbesar rokok yang
menguasai 60 persen produksi nasional. Dari total kapasitas produksi
rokok nasional sebesar 240 miliar batang per tahun, 180 miliar batang
rokok diproduksi di Jawa Timur.
“Kontribusi cukai tembakau dari Jatim sangat besar hingga mencapai
Rp.30 triliun dari total Rp. 60 triliun hasil cukai tembakau secara
nasional,” kata saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur saat membuka
Workshop Improving Na-Oogst Tobacco Marketing Pattern And Developing
Virginia Tobacco For Imports Substitution In East Java, di hotel JW
Marriot, Kamis (24/11).
Data dari Dinas Perkebunan Jatim menyebutkan, nilai tersebut
dihasilkan dari luas lahan sebesar 102.000 hektar yang tersebar di 22
kabupaten/ kota.
“Produksi tembakau dari Jatim per tahun mencapai 81 ribu ton atau
56,9 persen dari produksi tembakau nasional” ujar Wakil Gubernur
Saifullah Yusuf.
Jawa Timur lanjut Saifullah Yusuf mempunyai visi dan misi terkait
dengan pengembangan tembakau, yaitu terwujudnya agribisnis tembakau dan
industri hasil tembakau yang bernilai strategis.
“Ini harus dilakukan secara professional, berkelanjutan dan
pengusahaannya memperhatikan tuntutan masyarakat domestik dan global.
Sementara misinya yaitu pengusahaan tembakau tetap dipertahankan selama
pasarnya masih membutuhkan” imbuh Gus Ipul, sapaan akrab Wakil Gubernur.
Tujuan internasional workshop ini kata Gus Ipul, secara umum ingin
mempertahankan eksistensi tembakau Naa-Oogst (NO) dan mengembangkan
tembakau Virginia sebagai substitusi impor yang saat ini telah mencapai
36 ribu ton.
Workshop juga membahas prospek tembakau cerutu (Na-Oogst) dan
memperbaiki pola pemasaran tembakau eksportir sebagai pembeli dan
pengguna NO, dengan kesepakatan win-win antar eksportir sebagai pembeli
dan pengguna tembakau NO.
Pemerintah Propinsi Jawa Timur menanggapi kondisi tersebut, tidak
serta merta menolak pengendalian dampak produk tembakau terhadap
kesehatan. Namun tetap ada upaya pengendalian dampak tembakau terhadap
kesehatan, meski tidak melahirkan larangan merokok kecuali terhadap
anak-anak.
Gus Ipul berharap, hasil pelaksanaan workshop ini memunculkan
terobosan baru agar permasalahan yang sering dihadapi petani tembakau
yaitu pemasaran dapat diatasi. Masalah lain yang sering timbul yaitu
mengenai fluktuasi harga tembakau yang begitu tajam, serta keadaan
dimana dua atau lebih pelaku usaha menguasai penerimaan pasokan atau
menjadi pembeli tunggal sehingga merugikan petani tembakau.(PetrusR/jto)
Keterangan Foto: Wagub Jatim Saifullah Yusuf pada pembukaan Workshop tentang Tambakau.(PetrusR)