tembakau krosok dan rajangan
Tipe Tembakau
Tipe tembakau berdasarkan bentuk keringya dibedakan menjadi tembakau krosok (
leaf type) dan tembakau rajangan (
slice type).
Tembakau krosok merupakan tembakau yang paling banyak terdapat di
dunia, sedangkan tembakau rajangan merupakan tipe tembakau asli
Indonesia. Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan
dalam dua wujud, yaitu:
1. Tembakau Rajangan
Jenis tembakau
ini kebanyakan diusahakan oleh rakyat atau penduduk lokal setempat.
Pembudidayaannya mulai dari penyemaian, penanaman, pemanenan dan
pengolahan daun yang dilakukan oleh petani sendiri (swadaya). Oleh
karena itu tembakau jenis ini hanya dikenal di Indonesia saja.
Sebelum
dilakukan perajangan, terlebih dahulu dilakukan sortasi daun basah
untuk memisahkan berdasarkan tingkat kematangan daun, kecacatan fisik
dan posisi daun pada batang, serta pemeraman selama 2-7 hari agar
terjadi proses pelayuan (keluarnya ± 30% air) dan penguningan (perubahan
pigmen klorofil menjadi xantofil). Setelah dirajang, selanjutnya
dikeringkan dengan bantuan sinar matahari (sun cured).
Waktu
merajang yang paling baik adalah pada dini hari, dengan tujuan supaya
daun yang telah dirajang memperoleh embun pagi. Bila waktu antara
merajang dan menjemur terlalu lama maka mengakibatkan terjadinya proses
oksidasi dan polimerisasi phenol sehingga tembakau rajangan berwarna
lebih gelap dan aromanya berkurang karena penurunan kadar gula (mbanteng – bhs. Jawa).
Penjemuran
dilakukan selama 2-3 hari, dimana tembakau ditata pada alas anyaman
bambu. Setelah kering, selanjutnya diangin-anginkan, kemudian dikemas
(plastik, keranjang atau tikar).
Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut
(rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan
dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut rajangan kuning,
sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan
rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.
2. Tembakau Krosok
Krosok
merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok
dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses
pengeringan. Harga tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada
rajangan, sebab melalui tahapan yang panjang sebelum siap dipasarkan,
mulai pengeringan hingga sortasi.
Berdasarkan metode pengeringannya, tembakau krosok dibedakan menjadi:
1. Air cured,
adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara
bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus (curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
2. Flue cured, adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas melalui pipa (flue).
Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau Virginia FC. Prinsip
pengeringan flue cured sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara
perlahan selama 24 – 60 jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya
kadar air secara cepat hingga lamina mengering, yang diikuti
mengeringnya gagang.
3. Sun cured,
adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara
langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau krosok selama
7-10 hari. Metode ini juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental,
yang menghasilkan kadar gula dan nikotin yang rendah.
4. Fire cured,
adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap
dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured,
dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap
mengeluarkan asap. Bahan baku yang umum digunakan agar menghasilkan asap
yang cukup antara lain kayu akasia yang dicampur dengan ampas dan
bongkol tebu, sehingga diharapkan menghasilkan aroma yang harum dan
manis. Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau dengan
kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
Posted by
Tutur Pamuji Purbosayekti
Panen dan Pascapanen
Waktu
panen dan cara penanganan pasca panen tembakau sangat tergantung pada
jenis tembakaunya. Berikut diuraikan pemanenan dan penanganan pasca
panen beberapa jenis tembakau yang diusahakan di Indonesia.
Tembakau Burley BAT Bondowoso
Umur Panen
Kriteria waktu panen tembakau dapat dilihat dari gejala tingkat kematangan daun di pohon sebagai berikut
Daun bawah (3-4 lembar) mendekati kehijau-hijauan dan gagangnya keputih-putihan.
Daun tengah (4-6 lembar) berwarna “kuning kenanga”.
Daun atas (6-9 lembar) dan daun pucuk (4-7 lembar) telah matang benar.
Cara Pemetikan
Pemetikan
daun tembakau Burley dilakukan dengan dua cara yaitu petik biasa
(reaping) dan tebang batang ( stalk cutting). Reaping dilakukan dengan
memetik daun-daunya saja, sedangkan stalk cutting dilakukan dengan
menebang batang tembakau beserta daunnya tepat pada pangkal batang.
Untuk
mendapatkan hasil yang tinggi tembakau burley biasanya diperlakukan
reaping paling banyak dua kali dan selanjutnya stalk cutting. Pemetikan
pertama daun tembakau Burley dilakukan pada saat tanaman berumur 65-70
har, dengan jumlah daun yang dipetik 2-3 lembar. Stalk cutting dilakukan
apabila daun pucuk kelihatan sudah cukup tua (berwarna kuning) dengan
umur tanaman 90-100 HST.
Saat
pemetikan (pagi, siang dan sore) berpengaruh terhadap kualitas daun
tembakau. Saat pemetikan tembakau burley yang baik adalah pada pagi
hari.
Sortasi Pendahuluan
Sortasi
pendahuluan dilakukan terhadap daun hijau tembakau Burley untuk
memisahkan daun yang agak muda (immature), daun kurang tua (unripe),
daun tua (ripe) dan daun yang rusak. Sortasi ini dilakukan dengan tujuan
untuk memudahkan proses pengeringan, memudahkan grading setelah
pengeringan, memudahkan penentuan harga jual dan memudahkan pemasaran.
Pengeringan (Curing)
Dalam
pengeringan dilakukan penurunan kadar air dari 80 – 90%. Selama
pengeringan terjadi proses aging yaitu pembentukan warna dan
pengeringan. Pengeringan dilakukan di dalam Los. Tembakau Burley ini
termasuk ke dalam jenis pengeringan air cured. Pengeringan dilakukan
selama ± 22 hari sampai diperoleh krosok yang baik. Setelah itu krosok
diunting (diikat beberapa lembar krosok) kemudian dipak/dibal dengan
bobot 1 bal 50 – 60 kg dan dibungkus dengan tikar.
Tembakau Cerutu Vorstenlanden
Pemetikan
Pemetikan
daun dilakukan secara bertahap, kriteria tanaman siap dipanen yaitu
setelah tanaman berumur 50 hari, 60 – 70% dari populasi telah membentuk
kuncup bunga, warna daun “menongo bener” (hijau seperti bunga kenanga),
sudut daun telah melebar atau merunduk daun mudah dipetik dan tanaman
dalam kondisi segar. Jenis dan banyaknya daun yang akan dipetik terdiri
dari : 2 lembar daun tanah/pasir (DT), 6 lembar daun koseran pertama
(DKP) 10 lembar daun koseran atas (DKA), 4 lembar daun madya pertama
(DMP) 6 lembar daun madya tengah (DMT) dan 4 lembar daun madya atas
(DMA).
Pemetikan dilakukan pada pukul
06.00 – 08.00 pagi secara manual, pemetikan pada pagi hari akan
menghasilkan krosok yang berwarna lebih cerah daripada sore hari.
Pengeringan
Pengeringan
tembakau cerutu Vorstenlanden pada prinsipnya menggunakan sistem air
curing. Tembakau dikeringkan di dalam Los dengan tinggi bangunan sekitar
12 m. Pada bagian atap dan dinding terdapat jendela yang berfungsi
untuk mengatur kelembaban udara di dalamnya. Pada malam hari bila
kelembaban udara terlalu tinggi, jendela ditutup dan dilakukan
pengomprongan (pengeringan buatan dengan bahan sekam, kayu, atau briket
batubara). Pada siang hari jendela dibuka agar kelembaban dalam ruang
pengering tersebut turun. 1 Los (bangunan pengering) terdiri dari 30
kamar yang mampu menampung 2.100 dolok (1 dolok terdiri dari 50 lembar
daun). Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Los pengering adalah
sortasi, sunduk, pendolokan dan penyusunan daun, penaikan dan pelolosan.
Setelah
pengeringan dilakukan fermentasi yaitu proses biokimiawi yang
melibatkan sejumlah enzim yang terdapat dalam krosok terhadap sulfat
atau senyawa protein dan polisakarida. Dalam proses fermentasi terjadi
perubahan-perubahan seperti penurunan berat 6-18 %, pembebasan tanah,
penyerapan udara, pembebasan CO2, Pembebasan NH3 dan penurunan kadar air
14 – 20 %. Fermentasi juga menyebabkan terbentuknya aroma, warna krosok
menjadi lebih gelap dan merata serta teksturnya lebih halus. Setelah
fermentasi krosok kemudian disusun dalam tumpukan atau stapel berukuran 4
m x 5 m dengan berat 2 -2,5 ton. Stapel kemudian ditutup rapat sampai
suhunya mencapai 42 – 430C. Selanjutnya krosok dipak dalam satu bal
dengan berat 80 kg dengan ukuran panjang 100 cm lebar 70 cm dan tinggi
22 cm. Untuk penyimpanan di gudang dilakukan fumigasi untuk mencegah
serangan serangga gudang dengan insektisida Phostoxin dengan dosis 0,75
tablet/m3 setiap 40 hari sekali.
Tembakau Rajangan Temanggung
Panen
dilakukan secara bertahap, pemetikan daun sebanyak 5 – 8 kali
tergantung kemasakan dan jumlah daun. Saat panen biasanya dimulai
apabila sudah ada berita tentang dimulainya pembelian tembakau rajangan
oleh pabrik rokok atau gudang mulai buka. Panen daun tembakau dilakukan
10 – 15 hari sebelum awal pembelian tembakau rajangan. Pemetikan daun
dimulai dari bawah, dipetik 2 – 3 lembar daun setiap kali petik. Daun
yang siap panen ditandai oleh perubahan warna daun, dari hijau menjadi
kuning kehijauan, warna tulang daun putih/hijau terang, tepi daun
mengering, permukaan daun agak kasar dan tangkai daun mudah dipatahkan.
Waktu panen pagi hari setelah embun menguap sampai siang hari. Apabila
waktu panen turun hujan, maka daun yang cukup matang segera dipetik atau
ditunda 6-8 hari. Daun yang telah dipetik segera diproses atau diolah
menjadi tembakau rajangan. Pengolahan tembakau rajangan terdiri dari 3
tahap kegiatan, yaitu Pemeraman, perajangan dan penjemuran.
Sebelum
diperam, daun tembakau disortasi agar diperoleh daun hijau yang
ukurannya seragam. Pemeraman dilakukan dengan cara mengatur daun, yaitu
didirikan di rak pemeraman. Lamanya pemeraman tergantung dari posisi
daun pada batang. Daun koseran ( daun bawah), lama pemeraman 1-2 malam
(24 – 48 jam) dengan warna daun peraman hijau-kekuningan. Daun tengah
memerlukan waktu peraman 3 – 5 malam (72-120 jam) dengan warna peraman
hijau kekuningan sampai kuning merata. Sedangkan daun tengah yang tebal
dan daun atas memerlukan waktu peraman 4 – 7 malam (96 – 168 jam) dengan
warna daun peraman kuning merata sampai kuning kemerahan.
Setelah
daun tembakau diperam, selanjutnya dilakukan perajangan. Perajangan
dimulai pada tengah malam sampai pagi dengan tujuan hasil rajangan dapat
segera dijemur pada pagi harinya. Tebal irisan (rajangan) daun tembakau
temanggung antara 1.5 mm – 2.0 mm, pisau yang digunakan untuk merajang
harus selalu tajam agar hasil rajangannya baik dan seragam. Setelah daun
tembakau dirajang, kemudian tembakau rajangan dicampur merata
(digagrak) dan diratakan di atas “widig” atau “rigen” untuk dijemur.
Penjemuran
hasil rajangan harus kering dalam 2 hari, tergantung panas matahari.
Pada hari pertama rajangan di balik apabila lapisan atas sudah cukup
kering, pekerjaan ini dilakukan kira-kira pukul 10.00 – 11.00. Pada
malam harinya, rajangan diembunkan untuk memperoleh warna hitam. Pada
hari kedua, penjemuran dimulai pada siang hari sampai rajangan tembakau
lemas kembali. Setelah rajangan tersebut kering, kemudian dimasukkan
kedalam keranjang bambu. Di dalam satu keranjang berisi tembakau
rajangan yang sama mutunya. Selanjutnya tembakau rajangan siap dijual ke
“gudang perwakilan pabrik rokok” atau kepada “tengkulak pengumpul”.
1 komentar:
sukses y..
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.