Sejarah Tembakau
NICOTIANA tabacum (Nicotiana spp., L.) atau lebih dikenal sebagai tembakau (tobacco)
ialah sejenis tumbuhan herbal dengan ketinggian kira-kira 1.8 meter (6
kaki) dan besar daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai
sekurang-kurangnya 30 sentimeter (1 kaki). Tanaman ini berasal dari
Amerika utara dan Amerika Selatan.
Sejarah tembakau pada mulanya digunakan oleh orang-orang asli
Amerika untuk kegunaan perobatan. Sejarah mereka yang penuh dengan
lagenda dan mitos banyak dikaitkan dengan tembakau. Ajaran-ajaran
kepercayaan mereka juga bersangkut-paut dengan tumbuhan tembakau, di
mana asap tembakau dipercaya dapat melindungi mereka dari
makhluk-makhluk halus yang jahat dan sebaliknya memudahkan mereka
mendekati makhluk-makhluk halus yang baik. Jika Christopher Columbus
merentasi Lautan Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1492, orang
asli Amerika yang bermukim di New World telah menghadiahkan beliau daun
tembakau dan seabad setelah itu, merokok telah menjadi kegilaan global,
dan seterusnya memberi manfaat ekonomi kepada para pengusaha di Amerika
Serikat.
Awal Perkembangan Tanaman Tembakau Di Indonesia
Awal
perkembangan budidaya tembakau diperkirakan pada abad ke 16, terutama
setelah bangsa Eropa yaitu Sepanyol , Portugis, Inggris dan Belanda
menemukan dunia baru yaitu amerika. Berbagai informasi turut dibawa ke
negrinnya, menambah wawasan dan perbendaharaan mereka termasuk tanaman
tembakau.
Sedangkan
untuk di Indonesia sendiri, awal perkembangannya di mulai dari
percobaan penanaman tembakau secara besar-besaran di Indonesia dilakukan
bangsa Belanda pada tahun 1830 oleh van den bosch melalui “Cultuurstelsel”
yaitu disekitar semarang, jawa tengah , namun pada saat itu mengalami
kegagalan. Pada tahun 1856, oleh belanda dicoba kembali penanaman
tembakau secara meluas di daerah besuki, jawa timur dengan dilengkapi
suatu balai penelitian , yaitu besoekisch profstation
pada tahun 1910, dengan adannya balai penelitian tersebut maka
usaha-usaha guna mendapatkan galur yang cocok dan diinginkan terbuka
dengan cara seleksi/hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada / di
datangkan dari luar, jenis tembakau besuki cerutu yang sekarang banyak
ditanam di besuki tersebut merupakan hasil persilangan antara jenis kedu
dengan jenis deli (djojosudiro, 1967). Dua tahuan kemudian , yakni pada
tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di daerah
Yogyakarta- Surakarta, tepatnnya di daerah klaten.
Penanaman
tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra
Utara yang dipelopor oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Dan pada tahun
1906 didirikan deli proefstation. Jenis tanah sangat berpengaruh
terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah deli sekitar S. ular dan anak
sungai S. wampulah merupakan derah yang baik untuk tembakau Deli, jenis
tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik gun akeperluan
pembungkusan cerutu.
Ketiga
daerah yang disebutkan diatas ( besuki di Jawa Timur, Klaten di Jawa
Tengah dan Deli di Sumatra Utara), sekarang merupakan daerah penghasil
tembakau jenis cerutu yang sangat potensial bagi Indonesia. Dalam
perdagangan internasional khususnnya Eropa , Indonesia masih merupakan
pensuplay komoditas tembakau cerutu peringkat atas yang diperhitungkan.
Dalam pasaran internasional tembakau Besuki dan Klaten lebih dikenal
dengan tembakau Jawa dan tembakau Deli lebih dikenal dengan tembakau Sumatra.
Perkembangan Luas Areal, Produktivitas Dan Produksi Tembakau Indonesia
Secara umum perkembangan luas areal tembakau di Indonesia selama tahun 1971 - 2009 tampak berfluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,23%.
Total
luas areal tembakau menunjukkan peningkatan pada periode tahun 1971 -
1997 dengan laju pertumbuhan rata-rata mencapai 4,76% per tahun.
Menginjak
tahun 1998 - 2009 terjadi kecenderungan penurunan laju pertumbuhan luas
areal tembakau menjadi sebesar 0,07% per tahun. Terjadinya penurunan
laju pertumbuhan luas areal tembakau pada periode tahun 1990 - 2009,
dikarenakan tembakau di Indonesia hanya diusahakan oleh Perkebunan
Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN), sementara Perkebunan
Besar Swasta (PBS) tidak melakukan penanaman sama sekali.
Perkembangan luas areal tembakau menurut status pengusahaannya, 1971-2009
Kontribusi luas areal tembakau di Indonesia menurut status pengusahaan, (rata-rata 2005-2009)
Berdasarkan
status pengusahaannya, rata-rata luas areal tembakau tahun 2005 - 2009
didominasi oleh PR sebesar 97,43%, sisanya 2,57% PBN, sementara tidak
ada PBS yang melakukan penanaman tembakau.
Sejalan dengan perkembangan luas arealnya, perkembangan produksi tembakau di Indonesia juga tampak berfluktuatif. Pada periode tahun 1971 – 2009, produksi tembakau Indonesia
meningkat dengan dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7,43% per
tahun. Sementara laju pertumbuhan rata-rata pada periode tahun 1998 -
2009 mengalami sedikit peningkatan sebesar 1,53% per tahun. Hal ini
dikarenakan, tidak ada kontribusi produksi tembakau yang berasal dari
PBS pada periode tersebut. Namun demikian, secara umum terjadi
peningkatan total produksi tembakau di Indonesia dari 57,35 ribu ton pada tahun 1971 menjadi 176,94 ribu ton pada tahun 2009.
Secara
umum produksi tembakau PR pada periode tahun 2006 - 2009 didominasi
oleh 4 provinsi, yaitu: Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Barat. Keempat provinsi tersebut memberikan kontribusi sebesar
95,22% terhadap total produksi tembakau Indonesia.
Jawa Timur memberikan kontribusi sebesar 48,40%, Nusa Tenggara Barat
27,83%, Jawa Tengah 15,07%, Jawa Barat 3,92%, dan provinsi lainnya hanya
memberikan kontribusi sebesar 7,78%.
Kontrubusi
sentra produksi tembakau PR di Indonesia, (rata-rata 2006-2009) Berbeda
dengan perkembangan luas areal dan produksinya, perkembangan
produktivitas tembakau di Indonesia selama empat tahun terakhir (2006 -
2009) cenderung memiliki pola yang seragam sesuai dengan jenis
pengusahaannya Rata-rata produktivitas untuk PR dan PBN masing-masing
sebesar 0,86 ton/ha dan 0,64 ton/ha.
Jenis Tembakau yang ada di Indonesia
Meskipun terdapat lebih dari 50 species tembakau yang tergolong genus
nicotiana, namun hanya 2 species yang mempunyai arti ekonomi cukup
tinggi. Kedua species tersebut yaitu nicitiana tabaccum dan nicotiana
rustica. Sebagian orang memperkirakan bahwa nicotiana tabaccum bukanlah
suatu species, tetapi kelompok yang terdiri dari hibrida- hibrida yang
dihasilkan dari persilangan antar nicotiana rustica dan nicotiana
petuniodes. Rupanya sejarah pemuliaan tembakau ini, mencatat bahwa orang
india
mempunyai andil yang cukup besar untuk menghasilkan species yang
bermutu seperti sekarang ini. Sebab, beratus- ratus tahun yang lalu
perkawinan antar species tembakau ini banyak dilakukan oleh orang indian
yang menghuni dataran tinggi di Amerika Tengah dan bagian utara Amerika
Selatan.
Perbedaan
yang Mencolok diantara kedua species tersebut yaitu kadar nikotinnya.
Nicotiana rustica mengandung kadar nikotin tertinggi, yaitu sekitar 16
persen. Sedangkan nicotiana tabacum mempunyai kadar nikotin terendah
yaitu sekitar 0.6 %. Dengan demikian, nicotiana rustica banyak untuk
membuat abstrak alkalik yang akan dipergunakan sebagai insectisida atau
semacam tembakau susur yang dinegara negara barat, india, dan eropa timur dikenal dengan snuff, chewing tobacco, dan lainlain. Sedangkan jenis tembakau yang banyak digunakan sekarang berasal dari species nicotiana tabacum.
Jenis
jenis tembakau yang ada sekaran, biasanya diberi nama berdasarkan
tempat asal tembakau tersebut terus menerus diusahakan. Telah
disebutkan, bahwa kualitas tanaman tembakau banyak di pengaruhi oleh
keadaan lingkungan, terutama faktor iklim dan tanah. Walaupun secara
geneti tanaman tembakau tidak mengalami perubahan, namun secara fenotip
tergantung pada keadaan lingkungannya. Hal ini menyebabkan jenis
tembakau yang dihasilkan bebeda karena keadaamn lingkungan yang tidak
sama. Dengan demikian semakin banyak nama – nama tembakau yang
diusahakan berdasarkan negara asalnya, misalnya tembakau viginia yang
berasal dari daerah viginia (Amerika), tembakau Turki berasal dari
negara Turki. Demikian pula di Indonesia, banyak dikenal jenis- jenis
tembakau berdasarkan daerah asal penananmannya, diantaranya tembakau
Deli, Besuki, Payakumbuh, Bugis, Kedu, Siluk, Banyumas, Kediri,
Lumajang, madura dan Rembang.
Umumnya,
jenis- jenis tembakau tidak mudah dibedakan. Untuk memudahkan
pembagiannya, berbagai jenis tembakau dibedakan berdasarkan waktu
penanamannya dan penggunaannya.
Matnawi (1997) menyatakan, secara umum tembakau di Indonesia dapat dipisahkan menurut musim tanamnya yang terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Tembakau Voor-Oogst
Tembakau
semacam ini biasanya dinamakan tembakau musim kemarau atau onberegend.
Artinya, jenis tembakau yang ditanam pada waktu musim penghujan dan
dipanen pada waktu musim kemarau.
2. Tembakau Na-Oogst
Tembakau Na-Oogst adalah jenis tembakau yang ditanam pada musim kemarau, kemudian dipanen atau dipetik pada musim penghujan.
Berdasarkan bentuk fisiknya, tembakau di Indonesia dipasarkan dalam dua wujud, yaitu:
- Rajangan (slicing type)Tembakau rajangan sangat unik, dimana hanya terdapat di Indonesia
saja. Tembakau dipasarkan dalam bentuk rajangan, dimana sebelum
dipasarkan, terlebih dahulu dirajang sedemikian rupa, untuk selanjutnya
dilakukan proses pengeringan dengan bantuan sinar matahari (sun cured). Berdasarkan tipe ukuran rajangannya, terbagi menjadi dua, broad cut (meliputi rajangan kasar dan sedang) dan fine cut
(rajangan halus). Berdasarkan warna hasil fermentasi, tembakau rajangan
dibagi menjadi dua, rajangan kuning dan hitam. Disebut rajangan kuning,
sebab hasil fermentasi nantinya cenderung berwarna kuning, sedangkan
rajangan hitam dikarenakan hasil fermentasi cenderung berwarna gelap.
- Krosok (leaf type) Krosok
merupakan jenis yang paling banyak terdapat di dunia. Tembakau krosok
dipasarkan dalam bentuk lembaran daun utuh, setelah melalui proses
pengeringan. Harga tembakau krosok cenderung lebih mahal dari pada
rajangan, sebab melalui tahapan yang panjang sebelum siap dipasarkan,
mulai pengeringan hingga sortasi.
Berdasarkan metode pengeringannya, tembakau dibedakan menjadi:
1. Air cured,
adalah proses pengeringan daun tembakau dengan menggunakan aliran udara
bebas (angin). Metode pengeringan ini memerlukan bangunan khusus
(curing shed). Pengeringan dengan meode ini akan menghasilkan tembakau
dengan kadar gula rendah namun tinggi nikotin.
2. Flue cured,
adalah proses pengeringan daun tembakau dengan mengalirkan udara panas
melalui pipa (flue). Tembakau yang tergolong jenis ini adalah tembakau
Virginia FC. Menurut Anonim (2002a), prinsip pengeringan flue cured
sangat sederhana, berkurangnya kelembaban secara perlahan selama 24 – 60
jam pertama (masa penguningan) diikuti hilangnya kadar air secara cepat
hingga lamina mengering, yang diikuti mengeringnya gagang.
3. Sun cured,
adalah proses pengeringan dengan menggunakan sinar matahari secara
langsung (penjemuran). Proses penjemuran untuk tembakau rajangan
berlangsung selama 2-3 hari, sedang krosok selama 7-10 hari. Metode ini
juga dipakai untuk pengeringan tembakau Oriental, yang menghasilkan
kadar gula dan nikotin yang rendah.
4. Fire cured,
adalah proses pengeringan daun tembakau dengan cara mengalirkan asap
dan panas dari bawah susunan daun tembakau. Berbeda dengan flue cured,
dimana bara api tidak dibiarkan membara, melainkan dijaga agar tetap
mengeluarkan asap. Bahan baku
yang umum digunakan agar menghasilkan asap yang cukup antara lain kayu
akasia yang dicampur dengan ampas dan bongkol tebu, sehingga diharapkan
menghasilkan aroma yang harum dan manis. Pengeringan dengan meode ini
akan menghasilkan tembakau dengan kadar gula rendah namun tinggi
nikotin.
Sentra Produksi dan Lokasi Tanam
Di
Indonesia, tembakau yang baik (komersial) hanya dihasilkan di
daerah-daerah tertentu. Kualitas tembakau sangat ditentukan oleh lokasi
penanaman dan pengolahan pascapanen. Akibatnya, hanya beberapa tempat
yang memiliki kesesuaian dengan kualitas tembakau terbaik, tergantung
produk sasarannya.
Berikut adalah jenis-jenis tembakau yang dinamakan menurut tempat penghasilnya.
1. Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk cerutu
2. Tembakau Temanggung, penghasil tembakau srintil untuk sigaret
3. Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia)
4. Tembakau Besuki, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret
5. Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret
Bagi anda para pecinta tembakau, tentu
sangat menggembirakan bisa berkunjung ke Taru Martani, pabrik yang
memproduksi cerutu sejak tahun 1918. Anda pasti akan merasa seperti
berkunjung ke tempat soulmate yang menemani sepanjang waktu dilahirkan.
Bagi anda yang tak suka menikmati tembakau, setidaknya bisa melihat
sejarah panjang pabrik yang menghidupi banyak orang ini.
Taru Martani berdiri pertama kali di daerah
Bulu, pinggir Jalan Magelang, dengan nama N.V. Negresco. Tiga tahun
kemudian, pada tahun 1921, pabrik itu pindah lokasi ke wilayahnya
sekarang, Baciro, sebelah barat Stadion Mandala Krida Yogyakarta. Pada
masa penujajahan Jepang, nama pabrik sempat diubah menjadi Java Tobacco
Kojo. Saat itulah pabrik ini mencapai kejayaannya karena didukung oleh
mesin-mesin pembuat rokok putih yang didatangkan pemerintah Jepang dari
B.A.T Cirebon.
Cukup mudah bila ingin berkunjung, anda tinggal
merundingkan kedatangan dengan pengelola pabrik. Setelah mendapat ijin,
anda bisa menjelajahi lokasi pabrik seluas 2 hektar ini dengan dipandu
oleh salah seorang karyawan. Anda bisa melihat langsung dan bertanya
apapun tentang proses produksi cerutu. Tak ada biaya yang harus
dikeluarkan bila ingin mengunjungi pabrik ini, namun waktunya terbatas
pada hari kerja, yaitu antara Senin hingga Jumat pukul 08.00 - 14.00
WIB.
Memasuki kawasan pabrik ini, anda bisa menikmati keindahan
arsitektur Eropa. Hingga kini, setiap bagian bangunan, baik ruangan
produksi maupun administrasi, masih tetap dipertahankan seperti semula
sehingga nuansa arsitektur Eropa masih sangat kental. Kesan angker dan
muram sama sekali tak terlihat meski usia bangungan sudah puluhan tahun,
sebaliknya justru terkesan dinamis.
Produksi cerutu di pabrik
ini melewati beberapa tahap. Pada tahap persiapan, tembakau kering yang
sebagian besar diperoleh di wilayah Besuki, Jember, Jawa Timur
dikeluarkan dari gudang untuk pembasahan selama semalam. Tujuannya agar
lembab dan tidak rontok saat diolah. Daun tembakau kemudian dipisahkan
menurut kualitas fisiknya, ada yang digunakan untuk campuran isi cerutu,
(filler), pembungkus dalam (omblad/binder) dan pembungkus luar
(dekblad/wrapper).
Tembakau yang telah disortir kemudian
disiapkan untuk memasuki tahap pembuatan kepompong cerutu. Pada tahap
ini, cerutu dibalut dengan omblad dan selanjutnya dilinting menggunakan
dekblad. Di sinilah keunikan pembuatan cerutu Taru Martani, pelintingan
cerutu masih mengandalkan ketrampilan para pekerja namun bisa
menghasilkan ukuran yang relatif seragam satu sama lain. Selesai tahap
ini, cerutu yang telah dilinting dipotong dan disortir.
Pada
tahap terakhir produksi, cerutu memasuki tahap fumigasi, pendinginan,
pengeringan dan fermentasi agar hama tembakau (lasioderma) mati. Tahap
ini sangat penting sebab cerutu yang bebas hama akan memiliki umur
simpan yang lebih panjang dan kenikmatannya pun lebih tahan lama.
Selesai tahap tersebut, cerutu diberi label atau merek, dibungkus dan
dikemas untuk selanjutnya didistribusikan ke konsumen.
Hingga
saat ini, Taru Martani telah memproduksi 14 jenis cerutu, yaitu
Cigarillos, Extra Cigarillos, Senioritas, Panatella, Half Corona,
Corona, Super Corona/Grand Corona, Boheme, Royal Perfecto, Rothschild,
and Churchill. Sementara sebagai variasinya, Taru Martani memproduksi
cerutu dalam tiga aroma, yaitu nature cigar atau murni tembakau, flavour
cigar atau tembakau dengan tambahan aroma (mint, vanila, rhum,
hazelnut) dan mild cigar.
Beberapa merek cerutu legendaris pantas
dibeli dan dicicipi ketika berkunjung. Senator dan Mundi Victor adalah
cerutu utama yang mesti dicoba karena telah diproduksi sejak awal
berdirinya pabrik ini, meski baru diberi merek pada tahun 1952. Cerutu
lain yang pantas dicoba adalah Adipati, Ramayana dan Borobudur yang
telah diproduksi sejak tahun 70-an. Bila menginginkan, anda juga dapat
membeli tembakau rajang dengan merek Van Nelle, Drum, dan Countryman.
Mengunjungi
Taru Martani dan mencicipi cerutu buatannya membuat anda menjadi bagian
dari komunitas internasional pecinta cerutu bermutu. Sebab, produk
cerutu Taru Martani yang dikenal dengan Cigar van Java ini telah
dinimati oleh berbagai kalangan di penjuru dunia, mulai dari Asia,
Belanda, Belgia, Jerman, Cekoslovakia, Amerika dan Eropa.
sumber yogyes.com
6. Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia)
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.